Friday, January 20, 2012

materi perkuliahan bimbingan dan konseling di sekolah



 Teori teori konseling

Client-centered counseling
Didasarkan atas keyakinan bahwa manusia memiliki hak atas diri sendiri dan mandiri sehingga di dalam proses konseling, konselor berusaha untuk membantu konseli agar tersadar dengan masalah mereka dan mampu memecahkan masalah mereka dengan kemampuan mereka sendiri.
Konseling ini menekankan peranan konseli sendiri dalam proses konseling, dimana individualitas konseli setaraf dengan individualitas konselor dan perubahan dalam perilaku dengan mengubah cara orang berperasaan tentang diri sendiri.
Konseli berperan penting di dalam proses konseling.

Trait-factor counseling (E.G. Williamson)
Berfokus pada peran konselor dalam membimbing konseli agar masalah konseli dapat teratasi.
Konseling didasarkan atas keyakinan bahwa setiap individu memiliki trait tertentu dan setiap pekerjaan memiliki kualifikasi kepribadian (trait) tertentu. Konseling ini terkadang menggunakan tes psikologis untuk menganalisis atau mendiagnosa seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi/aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu program studi.

Konseling behavioristik (John D. Krumboltz)
Konseling diharapkan menghasilkan perubahan yang nyata dalam perilaku konseli. Perubahan dalam perilaku itu harus diusahakan melalui suatu proses belajar (learning) atau belajar kembali (relearning), yang berlangsung selama proses konseling.
Tujuan dari proses konseling adalah mengubah perilaku bermasalah dengan belajar perilaku yang tepat.
A-B-C
                Antecedent - Behavior - Consequences

Rational-emotive therapy
menekankan pada kebersamaan dan interaksi antara berpikir dengan akal sehat (rational thinking), berperasaan (emoting), dan berprilaku (acting), yang juga menyatakan bahwa perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dapat menghasilkan perubahan yang berarti dalam cara berperasaan dan berprilaku.
pendekatan berfokus pada bagaimana mengubah pikiran irasional menjadi rasional dikarenakan masalah konseli timbul akibat keyakinan-keyakinan yang irasional, yang akhirnya menimbulkan reaksi perasaan yang tidak wajar dan tingkah laku yang tidak sesuai..
pola :
        A-B-C-D-E
Activating Event/Activating Experiences - Belief - Consequence - Dispute - Effects
A= kejadian atau orang
B= bisa berupa keyakinan rasional atau irasional
C= reaksi emosional atau perilaku yang muncul tergantung dari bagaimana B mendefinisikan A
D = Konselor berusaha meluruskan cara pandang konseli dengan menjelaskan bahwa C terjadi karena keyakinan irasionalnya terhadap A
E = perubahan cara pandang konseli terhadap A.


Konseling eklektik
Konseling eklektik merupakan konseling yang menerapkan beberapa pendekatan konseling. Konselor yang berpegang pada konseling eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi teoritis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak konselor; sehingga mereka ingin menggunakan variasi dalam pendekatan dengan tujuan agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing konseli dan ciri khas masalah yang dihadapi.

No comments:

Post a Comment